Tampilkan postingan dengan label photography. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label photography. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Mei 2015

Solo, 'The Spirit Of Java'


One of the very nicest things about life is the way we must regularly stop whatever it is we are doing and devote our attention to eating. ~Luciano Pavarotti and William Wright, Pavarotti, My Own Story

Berhubung salah satu anggota ADIP-ers akan menikah di Solo, sebagai teman sekantor kami memutuskan untuk datang ke Solo. Koar-koarnya sih tujuan utamanya mau menghadiri pernikahan Kak Tina, tapi apa daya rombongan ini di isi oleh para predator, sehingga tujuan itu pun teralihkan menjadi wisata kuliner.
Meskipun para ADIP-ers sudah kerja, tapi mental mantan mahasiswa yang sukanya backpackeran murah belum sirna. Naik kereta api ekonomi pulang pergi sembari panas-panasan sampai pantat pegel tepos, bangun pagi-pagi buat masak bekal makanan, duduk dempet-dempetan dengan alasan biar saling menghangatkan padahal bentuk badan aja yang gede-gede sampai tempat duduk isi tiga di kereta tidak muat, semua dilakukan dengan satu alasan yaitu kebersamaan, sisanya alasan paket murah aka ngiritttt!!!!

Hari Pertama, tepatnya tanggal 1 May 2015, saat yang lainnya siap-siap demo di Istana Negara, saya malah siap demo masak di dapur. Gara-gara yang cewek tinggal 2 orang, maka saya menyerahkan diri untuk jadi emak anak-anak sementara, nyiapin bekal makanan selama di kereta.
Dengan penuh cinta dan keringat, masakan ala kadarnya yaitu otak-otak telur, nugget, telur ceplok pun siap dihidangkan.

tampang kita bertiga sudah kayak mbok penjual makanan di kereta
Sesampainya di Solo, kami disambut oleh Mas Agung beserta istri, dan langsung di giring buat makan malam Nasi Liwet deket stasiun Purwosari.


nasi liwet eunakkk
Hari Kedua, 2 May 2015, istri Mas Agung udah manggil mbok tukang pijet buat mijetin kami semua yang badannya sudah hancur remuk. Dan sumpah, tuh mbok pijet pengen tak boyong ke Jakarta buat jadi tukang pijet pribadi, sangat detail dan pijetannya uenakkkkk tenan...
Sambil nunggu giliran dipijet, ternyata sudah disuguhin sarapan yang bisa saya katakan Sarapan Tingkat Dewa. Dimana lagi sarapan yang biasanya sedikit ala kadarnya contoh nasi telur atau roti berganti jadi sarapan Nasi Tengkleng Solo Satu Kendi??

Tengkleng
isinya jeroan semua di Tengkleng
Gak cukup sarapan Tengkleng, siangnya wisata kuliner dilanjutkan dengan kuliner nasi gudeg yang rasanya enak karna tidak terlalu manis. Sayang sekali, saya makannya setelah selesai di pijat, hasilnya kalap saat makan nasi gudeg, sampai lupa untuk di foto. 

Abis makan, kami langsung siap-siap check in ke hotel dan mempersiapkan diri untuk acara resepsi nikahan Kak Tina. Di acara resepsi campuran Jawa Batak ini, kami disuguhkan makanan lagi. Rasanya perut sudah mau pecah, mana saya belum ke belakang sedangkan teman-teman yang lain sudah bolak balik ke belakang buat buang hajat. Perut saya ibarat lagi ngebawa sampah, begahhhh!


Happy Wedding Day, Mbak Kristiono dan Mas Christina
Pulang dari acara nikahan, ternyata ADIP-ers masih kelaparan, dan rencana awal pengen minum susu Shi Jack batal karna antrinya luar binasa, dilanjutkan acara ngeduren. Tentu saja pilihan ngeduren lebih mantap buat perut-perut predator ADIP-ers, salah satunya saya. hahahhaha


Hari Ketiga, 3 May 2015, berhubung hari ini hari terakhir di Solo, tentu saja tidak disia-siakan. Bangun jam 7 pagi, ADIP-ers langsung capcus sarapan di daerah Manahan. Kalo saya lihat sih, daerah ini seperti Sunday Morning di Jogja, banyak yang jualan makanan dan segala pernak pernik atau pakaian. Rasanya seperti nostalgia saat mahasiswa dulu, sering banget ke sunmor dengan alasan olahraga tapi berakhir dengan tentengan barang gak jelas karna mata kalap pengen belanja dan perut semakin membuncit gara-gara abis olahraga langsung makan ini-itu.

appetizer: DIMSUM
Main Course: Tuna Zuppa Soup
Selesai check-out dari hotel, kami langsung jalan-jalan keliling solo sambil beli oleh-oleh. Dan disinilah ada kejadian yang cukup wow wow karena kita makan siang dengan Mr. Wow...Wow.. aka Mr President, Pak Jokowi.

Pas nyampe di Warung Sate Kambing Bu Hj. Bejo di Loji Wetan Solo, ADIP-ers sempat heran kok banyak orang pake baju batik panjang dan ada yang bawa-bawa senjata. Sempat ragu ini warung lagi punya hajatan atau gimana. Dengan muka cuek kita langsung masuk aja. Dan saya yang cuek suka telat nyadar situasi, dengan entengnya masuk dan ngebelakangi rombongan negara yang sudah duduk manis disana. Saya sempat nyadar kalo itu pasti rombongan pejabat sekelas Presiden, tapi saya tidak nyadar kalo posisi saya lagi ngebelakangi Pak Presiden. Wong beliau duduknya dipojokan dan dilapisi oleh para paspampres berbatik panjang.

Karena meja yang kami pilih terlalu dekat dengan tempat duduk beliau jadi secara otomatis sudah dipesan, akhirnya kita musti pindah ke ruang belakang. Yah.... gagal deh makan depan-depanan sama Pak Presiden yi Pak Jokowi.

rombongan negara
Warung yang sudah berdiri kurleb 45 tahun ini dan merupakan salah satu warung makan favorit Pak Jokowi, menyediakan makanan yang bervariasi. ADIP-ers yang sudah kelaparan dengan kalap mesen hampir semua menu makanan. Sumpah.... begitu makanan sate daging dkk-nya datang, langsung diserbu ADIP-ers dengan alasan nyicip dahulu sampe habis setengah porsi, padahal nasinya aja belum nyampe ke meja.

Tapi warung makan ini benar-benar TOP banget. Rasanya dagingnya sangat lembut dan gak keras atau alot. Bumbu-bumbunya juga sangat enak dan meresap sampe ke dagingnya. Saya makannya sambil merem melek, langsung lupa dengan yang namanya diet, kolesterol, lemak, dan lainnya. Pikirannya sudah mengebu-gebu pengen ngembat tuh daging-daging ke mulut. Maknyuss.....

sate buntel
tongseng daging
tengkleng tongseng
sate daging
Selesai makan bersama dengan Mr. President (masih berharap beliau bakalan nraktir makan saat itu), langsung cap-cus ke Stasiun Purwosari buat balik ke Jakarta. Sedih rasanya karena kapan lagi bisa makan makanan enak dengan harga murah, kapan lagi gak harus ngehadapin carut marut kota Jakarta yang serba macet. Semua ADIP-ers langsung panjat doa, mudah-mudahan suatu saat bukan hanya ST (Surat Tugas) untuk ke Solo, melainkan SK (Surat Keputusan).

Kembali ke Jakarta dengan kereta api ekonomi (thanks Pemerintah, sekarang kereta api ekonomi sudah berubah, nyaman dan tidak ada lagi suasana ekonomi yang ngebuat para penumpang berjubelan harus duduk kayak ikan pepes), duduk dempet-dempetan, dan nyampe jam tiga subuh di stasiun Senen.

Begitu nyampe di Jakarta, ADIP-ers langsung capcus ke kantor buat numpang tidur. Dikarenakan kalo langsung pulang ke rumah, pasti bakalan malas lagi buat balik ke kantor hanya untuk ngejar absensi.

Meskipun cuman tiga hari, tapi pertulangan ADIPers di Solo sangat seru dan wajib di ingat. Apalagi pulang dari perjalanan ini, berat badan saya langsung nambah. hmpft...

Senin, 29 September 2014

The First Photographs of The Underwater


The sea will set you free, they are amazing!
I feel free -Princess Syahrini-

Dinas kantor yang membawa saya ke Pulau Matak, salah satu pulau terkecil yang merupakan bagian dari Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Letaknya yang berada di kawasan Laut Cina Selatan, membuatnya terlihat sangat keren ketika melihat letak pulau dipeta hanya titik kecil yang dikelilingi oleh laut. Bahkan, disebut pulau yang hampir mendekati garis batas laut Indonesia dengan negara lain. It's awesome.

Meskipun selama empat hari harus terkurung dalam base camp dan tidak bisa pergi ke luar, tapi satu jam acara snorkelimg yang disediakan buat saya dan teman-teman lainnya, sangat membantu kami untuk tersenyum bahagia. Yah.... karna kami berharap ini tidak menjadi salah satu perjalanan dinas yang biasa, seperti dinas-dinas lainnya.

Here, my first photographs of underwater was taken by Mr. XYZ (sweet and charming, totally make me admire you until now, Sir) at Pulau Lango (hiks...only one spot)



with my team leader

Rabu, 04 Juni 2014

Backpackeran ala ransel di Nusa Lembongan


 Put glasses on your face, you will face the world bravely and still look cool

Dengan muka ngantuk, mata meredup dan tambah sipit, dan perut yang lapar, akhirnya tiba di Pulau Sanur dan berhasil mendapatkan tiket fastboat ke Nusa Lembongan, senilai IDR150.000 untuk PP.

Karna masih pagi, sulit sekali mencari pedagang yang menjual nasi bungkus dengan harga terjangkau. Untung saja ada pas di depan kapal, dan saya langsung kalap makan di atas kapal. Bodo teung diliatin, wong saya lapar dan saya tidak mau mabuk laut gara-gara kelaparan.

Perjalanan sekitar 30 menit ditempuh dengan tidur di atas kapal, soalnya percuma liat ke sekeliling karna isinya pemandangan ombak laut. Sesampainya di Nusa Lembongan, tepatnya Mushroom Beach, kami langsung ditodong abang-abang tukang ojek.

Dengan segala bujukan rayu yang hasilnya gagal, kami memutuskan untuk jalan kaki menuju hotel yang terletak di Jungut Batu, yang setelah dijalani itu berkilo-kilometer jaraknya. Akhirnya, kami bertiga dengan ransel segede gaban dan teriknya matahari, harus jalan naik turun gunung dan lembah, hampir satu jam lebih. Untung saja saya sudah berbulan-bulan sering olahraga lari, jadi hal tersebut tidak ada masalah bagi saya.

Capek? Of course, tapi terbayar lunas dengan keindahan Pantai Jungut Batu.

Setelah nyampe hotel, saling sapa dengan turis-turis lainnya, kami pun langsung menyewa motor dan melakukan pertualangan mengendarai motor dengan extreme dan seenak udel.

blue lagoon

jump to the beach corner

dua bocah geblek belajar lompat
you can see a rainbow at Tear's Devil

Senin, 02 Juni 2014

Backpackeran ala Koper di Gili Trawangan




I come with my blue ransel, but I pay for suitcase.

Berhubung akhir bulan Mei banyak libur dan bisa mendapatkan cuti 3 hari dari kantor, berangkatlah saya menuju Bali. Again and again, I just spent my holiday in Bali. Why not the other place? Hmm...let me think...
But, for this holiday, I will make it different. No Tanah Lot, Uluwatu, or some place like that. My friend ever told me about this island, she said I have to come because they have amazing view. Oke... she influenced me successfully. I will visit Gili Trawangan...yeay!!!

Untuk ke Gili Trawangan ada banyak cara, tapi karna saya malas pake cara susah, saya pun pergi dengan fast boat dari pantai Bay, senilai 600 rb untuk PP. Lebih cepat nyampe tujuan, lebih nyaman, dan pastinya saya gak perlu takut kapal tenggelam atau terhempas ombak seperti kasus Kapal Sewol.

Padang Bay, waiting a fast boat

Nyampe di Gili Trawangan, saya langsung ngacir menuju hotel Tir Na Nog, yang menurut review sangat bagus, dan saya lihat kamarnya juga sesuai dengan selera saya. Begitu nyampe, saya sudah ngerasa mulai kecewa karna tidak ada kolam renang di depan hotel karna dalam proses perbaikan. Tapi, begitu selesai check-in, WHAT THE HELL WITH THIS ROOM? I am so disappointed, not worthed with the price almost IDR600.000/night. No TV, the bathroom is so so, ah... I cant describe how the room looks because I dont want to remember it again.

Dengan muka bersungut-sungut, saya langsung mencampakkan ransel saya, dan pergi makan! I dont know, I always easy to feel angry with something that I think it’s not the big deal but I will make it be a big deal if I am hungry. Hahaha



Setelah mencoba makanan di Scallywags, yang reviewnya bagus, tapi nyatanya biasa saja, still not worthed with the price, I spent my day with walking, rent a bike, and take snorkeling package.  Ada kejadian lucu disini, saya tanya mengenai paket fun dive, berhubung saya sudah ada lisensi, dan mas nya langsung membawa saya ke sebelah konternya yang menyediakan paket diving. Dan di perkenalkanlah saya dengan pemiliknya, dan ternyata pemiliknya seorang BULE. Si bule langsung cuap-cuap dalam bahasa planet yang saya coba pahami. Because he talk too fast, I just see his lips but never understand what he try to say. Yah sudah, saya cuma balas dengan angguk-angguk kepala sok ngerti sampai akhirnya si bule nyadar, lawan-nya cengok bahasa Inggris. hahaha




I love beach, I love sunset, but why I cant see the beautiful sunset everytime I go to the beach. If I CURSED? Again and again, I wait at sunset point to see, but a cloud cover when the sun is going down to the sea. I hate you, cloud!




So, I back to hotel, take a shower, search the new hotel, and sleep. My first day is not running well.

My second day, my first snorkeling. Funny right? because I have experience in diving but never try snorkeling. It makes my heart dag dig dug. I am afraid if I cant breath or I will puke at sea (and I still puke, shame me).  But, snorkeling is sooo easy.  Even, the guide said I am strong to swim over the sea without life jacket.  Ah.... itu kan karena air garam akan membuat anda terapung, bukan tenggelam apabila berada dalam posisi telentang bukannya berdiri.

black penny

Karena saya tidak memiliki kamera underwater, gagallah saya mengabadikan seluruh isi bawah laut yang sangat cantik. Setiap snorkeling kita harus bawa roti untuk memancing ikan-ikan cantik itu berenang dan mengelilingi kita dengan sangat indah. Ditambah lagi mata saya minus dan google mask yang saya sewa tidak khusus mata minus, jadi saya tidak bisa melihat ikan dan terumbu karang tersebut dengan jelas. Tapi saya cukup puas.



My third day, saya hanya menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Berjemur di pinggir pantai, menyewa google mask untuk snorkeling di sekitaran pantai yang ikannya jauh lebih banyak dan sangat cantik dibandingkan paket snorkeling di tiga Gili. Karna saya membawa lebih banyak roti yang saya masukkan ke botol aqua, jadi kemana saya berenang, ikan-ikan itu terus mengelilingi saya. It’s so beautiful and so close, so you can catch and kiss them.

Dinner at ASTON


My Fourth day, after check out  from The Aston Sunset Beach Resort - Gili Trawangan, saya menghabiskan waktu dengan menghirup udara segar dan tanpa polusi sambil menatap lama sepanjang pantai di Gili... Ah.. I will gonna miss my holiday... Liburan yang santai dan sangat menikmati, tanpa harus kejar-kejaran dengan waktu dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya saya mengerti rasanya liburan ala bule yang cuman menghabiskan waktu di pantai dengan berjemur sambil membaca buku. Karna untuk apa liburan yang hanya bikin anda capek dan menikmatinya cuman setengah-setengah??



Dan saya pun pulang dengan speed boat yang lebih besar dan cantik, dan saya mengambil posisi di atas dek. Yup... berjemur di atas dek sambil menikmati sinar matahari dan deburan ombak bersama para turis lainnya.
For tips, I spent 3 night and 4 days in Gili Trawangan, and I regret! I think you just need take 2 night 3 days to explore this Island.  First day you can explore the island by bike, and second day you can take snorkeling package that  you will spent your day in three Island, Gili Trawangan, Gili Air, Gili Meno. And last day, you can go home.

xoxo 

Jumat, 03 Januari 2014

D.I.V.I.N.G



Try a new thing is not always good, but not always bad! Depends on you!

Well…. Dari dulu saya memang sangat tertarik dengan dunia bawah laut, tapi ntah mengapa saya paling malas diajak ke Seaworld ataupun megang ikan secara langsung.
Sama seperti halnya dengan fotografi, saat di Jogja saya mengumpulkan uang dari hasil uang makan selama 4 tahun untuk membeli DSLR dan berjanji akan belajar tentang fotografi. Tapi setelah DSLR dibeli, saya malah lebih senang tidur dan menyadari menenteng DSLR itu cuman bikin capek. Yup…inilah sebutan panas-panas taik sapi!

Karna semangat diving masih membara di dada, saya pun langsung mengambil kursus open scuba water di salah satu dive center di Bali dengan paket senilai 3,8 juta selama 3 hari. Dan saya sangat beruntung mendapatkan instruktur yang sangat disiplin, tidak suka bercanda, marah bila saya bego, dan sudah di level master yang tak terjangkau.

Hari pertama adalah hari paling membosankan sejagad kursus diving tapi paling penting, yaitu T.E.O.R.I.
And, sudah kena semprot karna saya tidak membaca buku pedoman yang telah dikirim ke kos saya. So, throw away your mind when you think learn about diving is fun. Diving will gonna be fun, if you can dive! And, I spent my day to watch the presentations and try to answer the questions. Guess, Channel, Prada, take me out from here!!!

Hari Kedua, mulai deh latian menyelam di kolam dan di laut. Dari pagi mpe siang, saya harus belajar jadi seekor ikan, ikan paus maksudnya!

Hal pertama yang paling sulit adalah mengambil nafas. Karna kebiasaan bernafas lewat hidung, makanya pas berada dalam air, sulit bernafas lewat mulut, pasti saja gak sengaja malah hidung yang bernafas. Dan saya kembali kena semprot! Keren yah instrukturnya, marahin aja gue! Elo mah karna uda bisa nyelam makanya gampang ngomongnya! Omel saya dalam hati saja, takut saya ntar ditinggal pergi pas nyelam di laut.

Hal kedua yang paling sulit adalah saat menyelam maka tekanan air membuat telinga menjadi sakit. So, caranya adalah menggeretakkan gigi dengan cara menggigit karet alat pernafasan didalam mulut sepanjang turun ke bawah laut yang berpotensi mulut dan gigi pegel-pegel. Atau menghembuskan nafas lewat hidung seperti mau bersin tapi hidung di tutup. Atau cara yang menurut saya gak begitu efektif tapi gampang adalah menelan ludah.

Hal ketiga yang sulit adalah, mengapung. Yah,,,, di bawah laut nanti kan banyak terumbu karang dan tanaman lainnya. Gak mungkin dibawah laut kita menjejakkan kaki dan berjalan seenak udel, emang dikira lagi mendarat di Mars? Nah bagaimana kita menjaga keseimbangan saat mengapung, menjaga gerak kaki dan tangan agar tidak terlalu banyak bergerak dan seradak seruduk gayanya yang hanya bikin kita capek, dan jangan seperti saya pas di bawah laut, lama kelamaan malah ngapung naik ke atas. Karna tabung oksigen itu isinya ada nitrogen, jadi kita tidak boleh langsung naik cepat-cepat, tapi harus sangat lambat untuk menghindari terjadi gelembung udara di darah atau istilahnya dekompresi.






Gara-gara ga sarapan dan capek sekali harus ngegotong tabung gas seberat 5 kg , baju selam yang super ketat, saya pun give up dan minta istirahat. Eh instruktur hebat saya bilang nanggung dan dilanjutkan lah sesi latihan sampai satu jam. Akibatnya saya masuk angin dan pusing yang berefek saat sesi latihan di pantai Sanur, saya memuntahkan seluruh isi makanan saya ke laut yang disambut oleh ikan-ikan kecil yang memakan muntahan saya. Yucks!!

Eits… Jangan disangka pas nyelam di laut saya bisa bebas berenang kesana kesini karna sesi ujian pertama pun dilakukan di dasar laut. Bayangin donk, saya udah pusing dan masih bego plus takut, saya harus ngelakuin segala sesi latihan dari buka goggle mask, membagi alat pernafasan, melepas dan memakai jacket yang isinya tabung oksigen, dan lain-lain di DASAR LAUT PANTAI SANUR. So, THROW AWAY DIVING COURSE IS FUN!

Hari ketiga, sesuai dengan permintaan saya latihan dua kali diving di Tulamben yang dimana terkenal dengan pemandangan bawah lautnya yang indah karna ada kapal karam disana. Dan selama berada di sana, saya harus melakukan kembali sesi ujian di bawah laut. Itu sangat menyebalkan. Kapan saya bisa menikmati latihan penyelaman ini?? Arghhh…. Dan saya balas dendam dengan menghilangkan alat snorkelingnya. Hihihihi








Dan ketika pulang, sepanjang perjalanan di mobil saya harus ujian terakhir dengan menjawab buku soal ujian. Emang Afgan (sadis) dan Rossa (tega) nih instruktur., ga bisa biking saya senang apalagi tenang, sambil natap penuh dendam.

Tapi perjuangan itu membuahkan hasil, karena saya berhasil mendapatkan lisensi menyelam dari PADI yang sampai sekarang belum pernah saya gunakan lisensi tersebut. Nah loh, panas-panas taik kambing kan???

Xoxo

Kamis, 02 Januari 2014

The First Holiday with My Lil Sister



Saya mengaku saya pengecut

Awalnya saya hanya ingin memenuhi daftar harapan saya yang salah satunya adalah mendapatkan lisensi menyelam. Setelah surfing selama seminggu di dunia maya bersama mbah gugel, terpilihlah Bali sebagai tempat untuk kursus menyelam. Dasar saya kuper, sekalipun punya teman tapi tak memiliki hobi yang sama dengan saya, terpaksa pilihan terakhir adalah mengajak adik saya dengan syarat semua biaya akan saya tanggung. Kurang ajar gak tuh?

Oke,,,fine,,,Berhubung si adek gak pernah ke Bali, berliburlah kami selama seminggu di Bali sekalian merayakan malam taun baru di Bali.

Sesampainya di Bali, kami langsung menyewa motor untuk tancap gas ke Tanah Lot. Sepanjang perjalanan sumpah serapah pun berkeluaran di kedua mulut kami. Mulai dari motor yang gak beres, sulitnya bertanya ke orang lain karna sepanjang dijalan semuanya bule atau turis lokal. Yang ada kalo ditanya, dia cengok saya juga cengok. Dan terakhir adalah karena kami sangat lapaarrrr….

Penuh perjuangan mengejar sunset di Tanah Lot yang berakhir dengan kesia-siaan. Saya heran, sudah berkali-kali ke Bali terutama ke tanah Lot, namun selalu ada saja kendala untuk melihat sunset yang terkenal cantiknya. Mulai dari mendung, terjebak macet akibat pertunjukan Layang-layang, telat nyampe, dan sekarang ketika sang raja sedikit lagi tenggelam di atas permukaan air, eh malah tertutup oleh awan. Damn it! Akhirnya pulang dengan muka suntuk.

Model: adek saya, dan saya cuman juru foto

jambul khatulistiwa

when the sun goes down...

Keesokkan harinya selama tiga hari saya kursus diving, sedangkan adik saya kadang ikut nemanin kadang sok ngartis berjemur di Pantai Kuta, berharap ada syuting FTV atau ada artis lewat, ataupun berharap dilirik agensi artis yang lagi nyasar di pantai kuta. POOR you, my lil sister!




Hari berikutnya, karna dimanyunin sama si adek yang ga moving-moving dari sekitaran pantai kuta karna saya sibuk kursus diving, akhirnya saya bisa mengajak dia jalan-jalan keliling Bali selama dua hari.

Sanur Beach, she jump and I puke over the sea

GWK




the amazing place, Uluwatu
when watch Kecak Dance at Uluwatu
Malam terakhir di Bali kami habiskan dengan relaksasi di salah satu tempat spa di Bali. Alasannya simple, pesta taun baru kami harus tampil dengan muka dan badan fresh. Tapiiii…. Alam tak berpihak pada kami. Selesai dari spa, sudah wangi dan cantik eh malah hujan gede, padahal sudah pukul 9 malam. Terpaksalah kami menunggu taxi di pinggir jalan. Sia-sia sudah hasil spa, rusak seketika karena hujan yang tak diundang.
Sesampainya di hotel, rasanya pengen ngamukkkkkk….

Tapi karna sekali seumur hidup dan untungnya kami menginap di daerah Legian yang terkenal banyak tempat party yang cozy, nekad lah kami menerobos hujan.
Ternyata bukan kami saja yang kehujanan, seluruh bule-bule di sana juga kehujanan padahal sudah dandan keren. Berhubung duit cekak dan cuman bermodal nekad, kami pun pergi ke tempat party yang diadakan gretongan di pinggir pantai.

Yang bikin saya terkejut, adek saya ternyata selangkah lebih maju dari saya. Oke, saya mengaku saya tidak ada masalah jika minum alkohol, tapi saya tidak pernah dugem. Nah kebalikan dengan adik saya, dia tidak suka minum, tapi dia suka pergi ketempat music yang cozy dan dugem. Oh….pradaaa… I have to tell my mom about that!

Akhirnya sambil malu-malu dan untung saja saya bawa adek saya yang urat malunya dah putus, menarilah kami bersama para bule-bule sambil sekali-kali kena tumpahan air hujan yang ditampung. Dan herannya, para bule tersebut menjadikan air tampungan hujan itu sebagai mainan. Mereka heppy-heppy aja tuh dibasahin seperti itu, padahal itu kan kotor. Mungkin di Negara mereka ga ada mainan kreatif seperti itu.

Karna saya masih malu-malu, saya pun memesan minuman yang rasanya enak dan saya habiskan dengan cepat. Tapi akibatnya, saya ngeflyyy sambil ngeliat kembang api di atas langit hitam…. Setengah oyong, saya tarik adek saya untuk pindah tempat party. Saya lupa namanya, tapi itu tempat party the best! Kalau sebelumnya isinya music dari DJ, kalo yang ini live dari penyanyinya, full band, dan ada dua penari wanita yang semi naked (just bra and underwear). Dan saya yang udah habis urat malunya akibat setengah mabuk, langsung nyeret adik saya ke depan panggung sambil nari –nari dan teriak gak jelas. 

Walaupun saya  mabuk tapi saya masih cukup sadar untuk mengelak dari ajakan bule teler bahkan saya masih menjaga adik saya dari grepe-grepean orang gak jelas. Dan pesta pun berakhir jam 4 pagi padahal kami ada penerbangan jam 9 pagi. 

Oh my God, Bali you are the best.

xoxo