Tampilkan postingan dengan label sudut nusantara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sudut nusantara. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Mei 2015

Solo, 'The Spirit Of Java'


One of the very nicest things about life is the way we must regularly stop whatever it is we are doing and devote our attention to eating. ~Luciano Pavarotti and William Wright, Pavarotti, My Own Story

Berhubung salah satu anggota ADIP-ers akan menikah di Solo, sebagai teman sekantor kami memutuskan untuk datang ke Solo. Koar-koarnya sih tujuan utamanya mau menghadiri pernikahan Kak Tina, tapi apa daya rombongan ini di isi oleh para predator, sehingga tujuan itu pun teralihkan menjadi wisata kuliner.
Meskipun para ADIP-ers sudah kerja, tapi mental mantan mahasiswa yang sukanya backpackeran murah belum sirna. Naik kereta api ekonomi pulang pergi sembari panas-panasan sampai pantat pegel tepos, bangun pagi-pagi buat masak bekal makanan, duduk dempet-dempetan dengan alasan biar saling menghangatkan padahal bentuk badan aja yang gede-gede sampai tempat duduk isi tiga di kereta tidak muat, semua dilakukan dengan satu alasan yaitu kebersamaan, sisanya alasan paket murah aka ngiritttt!!!!

Hari Pertama, tepatnya tanggal 1 May 2015, saat yang lainnya siap-siap demo di Istana Negara, saya malah siap demo masak di dapur. Gara-gara yang cewek tinggal 2 orang, maka saya menyerahkan diri untuk jadi emak anak-anak sementara, nyiapin bekal makanan selama di kereta.
Dengan penuh cinta dan keringat, masakan ala kadarnya yaitu otak-otak telur, nugget, telur ceplok pun siap dihidangkan.

tampang kita bertiga sudah kayak mbok penjual makanan di kereta
Sesampainya di Solo, kami disambut oleh Mas Agung beserta istri, dan langsung di giring buat makan malam Nasi Liwet deket stasiun Purwosari.


nasi liwet eunakkk
Hari Kedua, 2 May 2015, istri Mas Agung udah manggil mbok tukang pijet buat mijetin kami semua yang badannya sudah hancur remuk. Dan sumpah, tuh mbok pijet pengen tak boyong ke Jakarta buat jadi tukang pijet pribadi, sangat detail dan pijetannya uenakkkkk tenan...
Sambil nunggu giliran dipijet, ternyata sudah disuguhin sarapan yang bisa saya katakan Sarapan Tingkat Dewa. Dimana lagi sarapan yang biasanya sedikit ala kadarnya contoh nasi telur atau roti berganti jadi sarapan Nasi Tengkleng Solo Satu Kendi??

Tengkleng
isinya jeroan semua di Tengkleng
Gak cukup sarapan Tengkleng, siangnya wisata kuliner dilanjutkan dengan kuliner nasi gudeg yang rasanya enak karna tidak terlalu manis. Sayang sekali, saya makannya setelah selesai di pijat, hasilnya kalap saat makan nasi gudeg, sampai lupa untuk di foto. 

Abis makan, kami langsung siap-siap check in ke hotel dan mempersiapkan diri untuk acara resepsi nikahan Kak Tina. Di acara resepsi campuran Jawa Batak ini, kami disuguhkan makanan lagi. Rasanya perut sudah mau pecah, mana saya belum ke belakang sedangkan teman-teman yang lain sudah bolak balik ke belakang buat buang hajat. Perut saya ibarat lagi ngebawa sampah, begahhhh!


Happy Wedding Day, Mbak Kristiono dan Mas Christina
Pulang dari acara nikahan, ternyata ADIP-ers masih kelaparan, dan rencana awal pengen minum susu Shi Jack batal karna antrinya luar binasa, dilanjutkan acara ngeduren. Tentu saja pilihan ngeduren lebih mantap buat perut-perut predator ADIP-ers, salah satunya saya. hahahhaha


Hari Ketiga, 3 May 2015, berhubung hari ini hari terakhir di Solo, tentu saja tidak disia-siakan. Bangun jam 7 pagi, ADIP-ers langsung capcus sarapan di daerah Manahan. Kalo saya lihat sih, daerah ini seperti Sunday Morning di Jogja, banyak yang jualan makanan dan segala pernak pernik atau pakaian. Rasanya seperti nostalgia saat mahasiswa dulu, sering banget ke sunmor dengan alasan olahraga tapi berakhir dengan tentengan barang gak jelas karna mata kalap pengen belanja dan perut semakin membuncit gara-gara abis olahraga langsung makan ini-itu.

appetizer: DIMSUM
Main Course: Tuna Zuppa Soup
Selesai check-out dari hotel, kami langsung jalan-jalan keliling solo sambil beli oleh-oleh. Dan disinilah ada kejadian yang cukup wow wow karena kita makan siang dengan Mr. Wow...Wow.. aka Mr President, Pak Jokowi.

Pas nyampe di Warung Sate Kambing Bu Hj. Bejo di Loji Wetan Solo, ADIP-ers sempat heran kok banyak orang pake baju batik panjang dan ada yang bawa-bawa senjata. Sempat ragu ini warung lagi punya hajatan atau gimana. Dengan muka cuek kita langsung masuk aja. Dan saya yang cuek suka telat nyadar situasi, dengan entengnya masuk dan ngebelakangi rombongan negara yang sudah duduk manis disana. Saya sempat nyadar kalo itu pasti rombongan pejabat sekelas Presiden, tapi saya tidak nyadar kalo posisi saya lagi ngebelakangi Pak Presiden. Wong beliau duduknya dipojokan dan dilapisi oleh para paspampres berbatik panjang.

Karena meja yang kami pilih terlalu dekat dengan tempat duduk beliau jadi secara otomatis sudah dipesan, akhirnya kita musti pindah ke ruang belakang. Yah.... gagal deh makan depan-depanan sama Pak Presiden yi Pak Jokowi.

rombongan negara
Warung yang sudah berdiri kurleb 45 tahun ini dan merupakan salah satu warung makan favorit Pak Jokowi, menyediakan makanan yang bervariasi. ADIP-ers yang sudah kelaparan dengan kalap mesen hampir semua menu makanan. Sumpah.... begitu makanan sate daging dkk-nya datang, langsung diserbu ADIP-ers dengan alasan nyicip dahulu sampe habis setengah porsi, padahal nasinya aja belum nyampe ke meja.

Tapi warung makan ini benar-benar TOP banget. Rasanya dagingnya sangat lembut dan gak keras atau alot. Bumbu-bumbunya juga sangat enak dan meresap sampe ke dagingnya. Saya makannya sambil merem melek, langsung lupa dengan yang namanya diet, kolesterol, lemak, dan lainnya. Pikirannya sudah mengebu-gebu pengen ngembat tuh daging-daging ke mulut. Maknyuss.....

sate buntel
tongseng daging
tengkleng tongseng
sate daging
Selesai makan bersama dengan Mr. President (masih berharap beliau bakalan nraktir makan saat itu), langsung cap-cus ke Stasiun Purwosari buat balik ke Jakarta. Sedih rasanya karena kapan lagi bisa makan makanan enak dengan harga murah, kapan lagi gak harus ngehadapin carut marut kota Jakarta yang serba macet. Semua ADIP-ers langsung panjat doa, mudah-mudahan suatu saat bukan hanya ST (Surat Tugas) untuk ke Solo, melainkan SK (Surat Keputusan).

Kembali ke Jakarta dengan kereta api ekonomi (thanks Pemerintah, sekarang kereta api ekonomi sudah berubah, nyaman dan tidak ada lagi suasana ekonomi yang ngebuat para penumpang berjubelan harus duduk kayak ikan pepes), duduk dempet-dempetan, dan nyampe jam tiga subuh di stasiun Senen.

Begitu nyampe di Jakarta, ADIP-ers langsung capcus ke kantor buat numpang tidur. Dikarenakan kalo langsung pulang ke rumah, pasti bakalan malas lagi buat balik ke kantor hanya untuk ngejar absensi.

Meskipun cuman tiga hari, tapi pertulangan ADIPers di Solo sangat seru dan wajib di ingat. Apalagi pulang dari perjalanan ini, berat badan saya langsung nambah. hmpft...

Senin, 29 September 2014

The First Photographs of The Underwater


The sea will set you free, they are amazing!
I feel free -Princess Syahrini-

Dinas kantor yang membawa saya ke Pulau Matak, salah satu pulau terkecil yang merupakan bagian dari Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Letaknya yang berada di kawasan Laut Cina Selatan, membuatnya terlihat sangat keren ketika melihat letak pulau dipeta hanya titik kecil yang dikelilingi oleh laut. Bahkan, disebut pulau yang hampir mendekati garis batas laut Indonesia dengan negara lain. It's awesome.

Meskipun selama empat hari harus terkurung dalam base camp dan tidak bisa pergi ke luar, tapi satu jam acara snorkelimg yang disediakan buat saya dan teman-teman lainnya, sangat membantu kami untuk tersenyum bahagia. Yah.... karna kami berharap ini tidak menjadi salah satu perjalanan dinas yang biasa, seperti dinas-dinas lainnya.

Here, my first photographs of underwater was taken by Mr. XYZ (sweet and charming, totally make me admire you until now, Sir) at Pulau Lango (hiks...only one spot)



with my team leader

Rabu, 04 Juni 2014

Backpackeran ala ransel di Nusa Lembongan


 Put glasses on your face, you will face the world bravely and still look cool

Dengan muka ngantuk, mata meredup dan tambah sipit, dan perut yang lapar, akhirnya tiba di Pulau Sanur dan berhasil mendapatkan tiket fastboat ke Nusa Lembongan, senilai IDR150.000 untuk PP.

Karna masih pagi, sulit sekali mencari pedagang yang menjual nasi bungkus dengan harga terjangkau. Untung saja ada pas di depan kapal, dan saya langsung kalap makan di atas kapal. Bodo teung diliatin, wong saya lapar dan saya tidak mau mabuk laut gara-gara kelaparan.

Perjalanan sekitar 30 menit ditempuh dengan tidur di atas kapal, soalnya percuma liat ke sekeliling karna isinya pemandangan ombak laut. Sesampainya di Nusa Lembongan, tepatnya Mushroom Beach, kami langsung ditodong abang-abang tukang ojek.

Dengan segala bujukan rayu yang hasilnya gagal, kami memutuskan untuk jalan kaki menuju hotel yang terletak di Jungut Batu, yang setelah dijalani itu berkilo-kilometer jaraknya. Akhirnya, kami bertiga dengan ransel segede gaban dan teriknya matahari, harus jalan naik turun gunung dan lembah, hampir satu jam lebih. Untung saja saya sudah berbulan-bulan sering olahraga lari, jadi hal tersebut tidak ada masalah bagi saya.

Capek? Of course, tapi terbayar lunas dengan keindahan Pantai Jungut Batu.

Setelah nyampe hotel, saling sapa dengan turis-turis lainnya, kami pun langsung menyewa motor dan melakukan pertualangan mengendarai motor dengan extreme dan seenak udel.

blue lagoon

jump to the beach corner

dua bocah geblek belajar lompat
you can see a rainbow at Tear's Devil